Thursday 3 January 2013

Prinsip Mendasar Analisa Teknikal (Technical Analysis) Bagian I

,
"Analisa Teknikal?Apa itu?" gumam anda dalam hati. "Kok investasi saham pake analisa teknik. Emangnya saham punya mesin?"

Nah, untuk menghindari salah pengertian, sebelum kita diskusi tentang prinsip yang mendasari analisa teknikal (technical analysis), saya jelaskan dulu apa sebenarnya Analisa Teknikal ini.


Analisa Teknikal (Technical Analysis atau disingkat TA) adalah bidang yang memperhatikan gejolak harga (dan volume) saham dengan tujuan memprediksi harga saham di masa datang. Analisa teknikal biasanya dilakukan dengan menggunakan “chart” atau grafik.

Ada pemain saham yang menganggap Analisa Teknikal hanyalah chart/grafik harga. Tidak begitu. Semua metode analisa yang menggunakan harga (dan/atau volume) termasuk dalam Technical Analysis ini, terlepas apakah metode itu dijabarkan dalam grafik atau tidak. 

Saat ini Technical Analysis sudah diterima sebagian pemain saham sebagai alat yang berguna. Tapi tetap saja masih ada yang menganggap bahwa Technical Analysis tidak bermanfaat sama sekali.

“Analisa Teknikal itu omong kosong,” begitu kata mereka. “Saya hanya percaya pada analisa fundamental.”

Pendapat mereka sah-sah saja. Tapi terlepas dari apakah analisa teknikal berguna atau tidak, tidak ada salahnya anda mencoba dan menentukan pendapat anda sendiri.

Sebelum anda mendalami Technical Analysis lebih lanjut, anda sebaiknya terlebih dahulu tahu prinsip-prinsip dasar berikut:
  • Tidak ada satu pun analisa teknikal yang bisa memprediksi semuanya, yang “works all the time.”
  • Analisa Teknikal terbagi menjadi dua metode utama: trend-following dan oscillator.
  • Sebelum anda percaya analisa teknikal anda harus terlebih dulu percaya dalil momentum.
  • Prediksi yang diberikan analisa teknikal bersifat TIDAK absolut.
  • Analisa Teknikal digunakan karena sifatnya yang konsisten dan tanpa prasangka (unbiased).

Mari kita telaah lebih dalam prinsip-prinsip tersebut.


Prinsip Pertama: Tidak ada satu pun analisa teknikal yang bisa memprediksi semuanya.

Kalau anda mendalami TA, anda akan menemukan berbagai rupa metode, dari yang sederhana sampai yang rumit. Tampilan harga saham bisa dilakukan dengan bar, candlestick, point-and-figure dan lain-lain. Metode perhitungan juga ada puluhan bahkan ratusan, di antaranya: Average True Range, Bollinger Bands, Chaikin Money Flow, Moving Average Convergence Divergence (MACD), Moving Average, On Balance Volume, Parabolic SAR, Price Channel, Relative Strenth Index, Stochastic, Williams’ %R.

Yang harus anda camkan: Dari semua metode ini, tidak ada satupun yang bisa melakukan semua hal, tidak ada satupun yang “works all the time.” Artinya, setiap metode punya kelebihan tapi juga ada kelemahannya.

Contohnya begini: Bollinger Bands bisa berfungsi dengan baik ketika volatilitas relatif stabil tapi tidak efektif ketika volatilitas berubah menjadi tinggi. Atau, Moving Average mungkin berfungsi baik ketika saham bergerak dalam trend, tapi tidak banyak gunanya ketika harga bergerak dalam kisaran (sideways).

Jadi kalau ada orang yang mengklaim bahwa analisa teknikal ciptaannya bisa memprediksi pergerakan semua saham dalam segala kondisi, wah, sebaiknya anda berhati-hati. Ini sama saja dengan tukang obat yang mengklaim bahwa obatnya bisa menyembuhkan semua penyakit: darah tinggi, darah rendah, kencing manis, serangan jantung, stroke, gagal ginjal, kanker, sampai impotensi, mandul, penyakit kulit, penyakit kelamin dan lain sebagainya.

Mungkinkah?

Kemungkinan selalu ada, tapi sangat kecil. Beranikah anda mempertaruhkan kesehatan dan nyawa anda hanya dengan obat ini? Saya rasa tidak. Jadi sebaiknya juga anda tidak mempertaruhkan seluruh uang investasi anda pada satu analisa teknikal.


Prinsip Kedua: Analisa Teknikal terbagi menjadi dua cabang utama, trend-following dan oscillator. 

Prinsip kedua ini adalah kelanjutan dari prinsip pertama. Ada baiknya kita lihat dulu perbedaan trend-following dengan oscillator.

Indikator trend-following berfungsi memprediksi apakah suatu saham sedang bergerak naik (uptrend) atau turun (downtrend) sedangkan indikator oscillator berfungsi memprediksi suatu saham yang bergerak dalam kisaran apakah sudah jenuh jual atau jenuh beli.

Indikator trend-following tidak bekerja efektif pada saham yang bergerak dalam kisaran (sideway). Demikian pula, indikator oscillator tidak berfungsi maksimal pada saham yang sedang bergerak naik atau turun.

Kalau saja pergerakan harga saham selalu sama (yang naik, naik terus; yang sideway, sideway terus; yang turun, turun terus) tentu tidak ada masalah karena indikator yang sudah berfungsi baik akan tetap berfungsi.

Tapi masalahnya saham tidak terpaku pada pergerakan yang sama: yang sudah naik berkemungkinan berubah menjadi bergerak sideway. Atau juga saham yang sudah lama bergerak sideway, tiba-tiba keluar dari kisarannya dan memulai trend turun. Ketika perubahan ini terjadi, analisa teknikal yang berfungsi efektif sebelumnya akan menjadi tidak efektif dan memberi sinyal yang tidak tepat. 

Guru Yosen memberitahu Chin Mi, si Kung Fu Boy, bahwa taktik harus disesuaikan dengan keadaan

Maka dari itu, anda harus membedakan dulu analisa teknikal yang anda gunakan, apakah ia adalah trend-following (misalnya moving average, MACD) atau oscillator (Relative Strength Index, Stochastic).

Menggunakan indikator trend-following pada saham yang bergerak dalam kisaran sempit akan menuai kerugian. Demikian pula sebaliknya, menggunakan indikator oscillator pada saham yang sedang trend naik akan membuat kita menjual terlalu awal.


1 comments:

  1. Saat memulai berinvestasi, investor harus bisa memahami dan mengetahui dasar analisa teknikal dalam mempermudahkan mengambil keputusan. pojokinvestasi.com

    ReplyDelete